KONSEP OPENING & CLOSING SDIT TAQIYYA ROSYIDA KARTASURA

Foto: Humas Taro

Oleh: Fantika Febry Puspitasari
(Mahasiswa Pascasarjana IAIN Surakarta, Prodi Manajemen Pendidikan Islam)

Menyampaikan ilmu, pengetahuan dan pembiasaan pada siswa memerlukan kesabaran, keistiqomah, dan kondisi siswa yang ‘siap’. Program opening dan closing ini dirancang sebagai penetralisir kondisi psikis siswa ketika sampai dan meninggalkan sekolah. Siswa biasa membawa permsalahan dari rumah, perihal ketidakpuasan terhadap orang tua di rumah, sulit dibangunkan, dan lain sebagainya. 

Program opening berupaya untuk menyaring permasalahan-permasalahan tersebut dengan mengembalikan semangat siswa sebelum memulai menyerap ilmu dan segala kegiatan yang berlangsung di sekolah. Dalam berkomunikasi, untuk memperoleh hasil yang optimal perlu adanya kesiapan dari setiap unsur komunikator. jika ditemui kondisi di mana emosi salah satu pihak berada pada gelombang beta, maka harus diturunkan pada gelombang alfa sehingga penyerapan komunikasi lebih optimal.

Pelaksanaan proses Opening:

Berbaris, ikrar syahadat, yel-yel
Berbaris merupakan upaya mengajarkan kedisplinan dan keteraturan pada anak. Kedispilinan dan keteraturan merupakan hal penting yang harus diajarkan pada anak sejak dini. Kebiasaan hidup teratur di sekolah mampu merangsang kebiasaan anak untuk hidup teratur di sekolah, dimulai dari hal kecil seperti melepas baju, sepatu dan tas pada tempatnya. Mengapa kedisiplinan menjadi salah satu prioritas? Karena disiplin merupakan karakter yang membentuk siswa untuk hidup teratur. Hal ini menjadi permulaan kesadaran agar kemudian mereka terbiasa untuk tidak melanggar hak orang lain dan siap terhadap konsekuensi jika terjadi pelanggaran yang dilakukan.

Syahadat merupakan rukun islam pertama. Mengapa syahadat menjadi ikrar di awal pembelajaran? Hal ini bertujuan untuk membiasakan siswa memulai segala sesuatu dengan hal yang prinsip. Syahadat merupakan dasar beragama seorang muslim, di mana letak hakikat keimanan ada padanya. Bermula dengan ikrar lisan, anak diberikan penanaman nilai-nilai keimanan dalam proses aktivitas sejak pembelajaran hingga non pembelajaran. 

Suryadi (2012: 96) menjelaskan bahwa penyebab utama terjadinya krisis moral dan karakter di kalangan peserta didik, lulusan, pendidik, bahkan pengelola pendidikan adalah terjadinya pemisahan secara tegas antara pendidikan intelektual dan pendidikan nilai. Maka syahadat yang menjadi dasar utama nilai islam menjadi hal yang sangat penting untuk ditekankan dan senantiasakan diinternalisasikan pada siswa.

Yel-yel berfungsi sebagai motivasi siswa. Motivasi sseseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri –intrinsik- dan dari lingkungan -ekstrinsik- (Elliott, et al., 2000; Sue Howard, 1999). Pada kondisi psikis anak pada tahap usia SD, mereka belum memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk memotivasi diri sendiri sehingga perlu dorongan dari luar untuk mengembalikan motivasi dan semangat diri.

Secara psikis, siswa Sekolah Dasar cenderung tertarik dengan lagu-lagu yang membawa nuansa semangat. Dengan panduan guru, yel-yel dinyanyikan dengan penuh semangat sehingga memungkinkan siswa melupakan permasalahan yang dibawa dari rumah. Dengan mengembalikan motivasi dan semangat siswa, maka siswa sudah siap menerima pembelajaran.

Sholat dhuha berjamaah
Konsep sholat dhuha berjamaah ini bertujuan untuk memberikan ghirahdan kecintaan mereka terhadap sholat sunnah. Pelaksanaan dengan teknis bersama-sama dengan pembacaan secara jahr mampu menambah semangat siswa dalam melaksanakan ibadah sholat, dan tentu lebih terpantau dari segi bacaan dan gerakan. Setelah pelaksanaan sholat dhuha, guru senantiasa memberikan motivasi dalam tertib beribadah dan terkait fenomena actual yang dapat dipetik hikmahnya dengan penyampaian metode sebab akibat yang membuat siswa berpikir untuk memilih pilihan terbaik dari sikap yang dipaparkan dari kisah tersebut.

Kegiatan kelas meliputi (asmaul husna, muroja’ah, tahfizh, pembacaan kisah inspiratif, motivasi sedekah)
Asmaul husna dan murojaah surat merupakan agenda rutin yang selalu dilakukan oleh siswa yang kemudian dilanjut dengan tahfizh. Agenda openingdi kelas terkadang diselingi dengan agenda pembacaan siroh atau kisah, dan memberikan motivasi untuk sedekah. Setiap hari siswa termotivasi untuk menyisihkan uang saku mereka untuk diinfaqkan ke bagian ZIS melalui kaleng yang sudah disediakan di kelas.

Selain mendidik anak untuk momitemen terhadap ibadah sedekah, ini juga mampu melatih anak untuk empati. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah berada pada posisi orang lain. Dengan merasakan kesulitan orang lain, anak tidak akan bersifat agresif untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan namun juga mampu melatih kesabaran karena berusaha memikirkan kondisi orang lain.

Rasulullah SAW pun menekankan pentingnya mengembangkan sikap empati melalui sedekah. Gambaran orang beriman yang saling mengasihi, saling mencintai dan saling empati terhadap sesame laksana satu tubuh di mana ketika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh anggota tubuh akan ikut merasakannya.

Memulai kegiatan sekolah dengan hal-hal baik, merangsang siswa untuk menjalani aktivitas sekolah dengan baik dan penerimaan yang positif. Namun dalam pelaksanaan selama satu hari di sekolah yang diterapkan dengan konsep full day schoolberagam kejadian dialami oleh siswa, dari hal baik sampai buruk bagi mereka.

Pertikaian antar siswa, upaya guru mendisplinkan siswa tidak lepas dari permasalahan yang mampu memicu kondisi siswa menjadi kurang nyaman. Namun dalam pelaksanaan pendidikan, banyak nilai yang diinternalisasikan pada siswa. Maka untuk menjaga nilai-nilai positif yang disampaikan pada siswa, perlu penetralisir di akhir kegiatan sekolah sehingga siswa pulang dengan membawa pesan positif dan hati yang lapang.

Pelaksanaan proses Closing:

Sholat ashar berjamaah dan Tausiyah Penutup
Dimulai dengan kebersamaan, diakhiri pula dengan kebersamaan dalam bangunan rumah Allah SWT. Sholat ashar berjamaah, selain membiasakan anak untuk tertib sholat juga menjadi proses pengendapan satu hari kegiatan yang telah dilakukan. Pada bagian ini, setelah melaksanakan sholat dan dzikir, diberikan tausiyah oleh kepala sekolah atau guru yang bertugas. Proses ini dilakukan untuk mengakomodir seluruh nilai yang diperoleh siswa selama satu hari dan saat untuk saling memaafkan. Siswa pulang dalam kondisi membawa nilai positif dan menghilangkan kebencian, kemarahan dan rasa dendam terhadap teman maupun guru.

Konsep ini merupakan konsep yang dirancang untuk pendidikan karakter anak. Salah satu solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sejak dalam pengkondisian anak hingga penenaman kebiasaan dan adab-adab islami yang membantu siswa komitmen terhadap karakter yang membangun.

No comments:

Post a Comment