RETAKKAH CERMIN PENDIDIKAN KITA?



Oleh : Munawaroh Tri Handayani S.Pd 
(Guru SDIT Taqiyya Rosyida)
“Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Masih ingatkah kita dengan semboyan yang di atas yang mana dahulu pernah digaung - gaungkan pada masanya oleh salah satu tokoh nasioal kita Ki Hajar Dewantoro. Kata-kata tersebut sering disuarakan kembali saat bulan Mei bertepatan dengan hari lahirnya beliau bapak pendidikan sebagai hari Pendidikan Nasional di Indonesia. Lalu, bagaimanakah implementasi kata mutiara tersebut dalam konteks pendidikan anak? “Ing ngarso sung tulodho” bisa  artikan  bahwa orang tua sebaiknya memberi tauladan atau contoh terbaik buat anak anak. Harus selalu diingat bahwa, anak melakukan sesuatu bukan karena disuruh atau mengikuti perintah orang tua. Melainkan mencontoh dari apa yang dilihat pada perilaku orang tua. “Ing madyo mangun karso” boleh diartikan  bahwa sebaik baik  orang tua adalah yang  selalu memberikan bimbingan dan mendampingi anak - anak kapanpun dan dimanapun. Bebaskan anak untuk memilih jalannya sediri, sebebas burung liar hendak terbang,  namun pastikan bahwa jalan yang mereka pilih adalah  terbaik diantara yang baik. Bukan buat orang tua, melainkan buat anak anak sendiri kelak. Untuk arti “tut wuri handayani” bisa dimaknai sebagai dorongan buat anak anak agar maju kedepan, tampil, dan berani mengambil keputusan. Apapun resikonya (asal tidak membahayakan), orang tua wajib berada dibelakang mereka memberikan support. Dibelakang anak anak hebat, selalu ada orang tua yang kuat. 
Bebaskan anak untuk memilih jalannya sediri, sebebas burung liar hendak terbang,  namun pastikan bahwa jalan yang mereka pilih adalah  terbaik diantara yang baik. Bukan buat orang tua, melainkan buat anak anak sendiri kelak.
Pendidikan yang sekarang ini apakah sudah mencerminkan apa yang menjadi tujuan pendidikan itu sendiri? Sudahkah para orang tua dan guru serta masyarakat menjadi salah satu dari semboyan yang tadi? Bagaimana orang tua bersikap, bagaimana guru bersikap? Dan bagaimana pula masyarakat bersikap terhadap anak-anak atau pun siswa yang masih dalam proses belajar. Sudahkah kita menjadi contoh yang baik bagi anak-anak atau pun murid kita? Kita ambil contoh, jika seorang ayah menghendaki anaknya berperilaku baik, namun di rumah ayahnya sendiri berperilaku kasar dan tidak sopan terhadap istri dan anak-anaknya, bisakah anak menjadi anak yang baik dan penurut jika setiap hari apa yang dilihat adalah contoh keburukan? Jika seorang ibu menhendaki putra-putrinya rajin sholat, namun beliaunya sendiri tidak pernah atau jarang melaksanakan sholat, apakah dengan menasehati saja anak-anak bisa sholat dengan rajin dan khusu’? Mari kita lihat contoh fenomena yang lain. Ketika seorang guru meminta murid-muridnya untuk tidak merokok, namun ketika istirahat atau pulang sekolah guru tersebut malahan mencari tempat di sudut sekolah untuk menyalakan korek danmenghisap rokoknya. Sudahkah kita masyarakat menberika contoh yang baik pula? Terlepas apa pun profesi kita, secara tidak langsung apa saja yng kita lakukan di masyarakat menjadi salah satu contoh bagi anak kecil atau anak usia sekolah. Ambil saja contoh ketika di jalan seorang pengandara sepeda motor meng-gas motornya lebih kencang dari sebelumnya sesaat setelah melihat lampu berwarna kuning, terkadang pula masih terlihat juga saat lampu sudah merah.

            Berbagai kejadian telah terjadi di Indonesia yang mencoreng nama baik pendidikan. Seperti yang masih segar diingat ada perilaku asusila yang terjadi di sebuah sekolah. Ada juga ujian yang menjadi momok lalu diperbolehkannya sistem menolong teman alias mencontek pada sekolah tertentu. Belum lagi pihak percetakan yang entah senagaja atau tidak telah mencetak buku yang di dalamnya mengandung contoh yang tidak layak apalagi memberi contoh perggunaan obat terlarang. Belum lagi di tingkat pemerintahan baik daerah maupun nasional yang sarat dengan “kecurangan - kecurangan”. Jadi, apakah ada yang salah dengan pola pendidikan kita? Sungguh ironis tentang keadaan yang ada sekarang apalagi di jaman yang serba mudah untuk mengaksesnya. Dunia seakan tanpa batas tidak ada yang tertutup, semua bisa dijangkau oleh kalangan manapun.

Tantangan pendidikan masa depan akan lebih sulit. Kita atau “mereka” para siswa kelak akan menghadapi masa di mana yang menjadi pesaing di dunia bukan hanya teman satu wilayah kabupaten, propinsi, atau pun pulau, melainkan pesaing yang berasal dari berbagain penjuru dunia yang mana ada negara-negara yang memang pendidikannya ada di bawah kita begitu pula ada negara yang pendidikannya jauh di atas kita. Bisa jadi bangsa Indonesia menang melawan pesaing yang berasal dari negara lain yang ada di bawah Indonesia, tapi mampukah bangsa Indonesia bersaing dengan negara yang tingkat pendidikannya di atas Indonesia?

Janganlah berkecil hati bangsa Indonesia, karena sesungguhnya Indonesia juga memiliki segudang prestasi. Di antaranya salah satu kapal terbaik di dunia berhasil diciptakan oleh Indonesia dan sekarang sudah dipesan oleh negara tetangga, Singapura. Di Singapura gamelan menjadi mata pelajaran wajib di SD pada hampir sebagian wilayahnya. Pabrik/ manufaktur Mattel (boneka Barbie USA) hanya ada 2 didunia yaitu di China dan di Jababeka, Cikarang, Bekasi. Brand internasional yang sangat prestisius, Gucci, menggunakan kain tenun asli Indonesia sebagai bahan bakunya. Mobil terpopuler di Uni Emirat Arab adalah Toyota, Kijang Innova sepenuhnya diproduksi di Indonesia. Bunga nasional Korea Utara yang sangat popular Kimilsungia berasal dari Indonesia dan diberi nama oleh Presiden RI Ir. Soekarno. Tahukah Anda, airbridge –tangga belalai menuju pintu pesawat yang ngetrend di bandara-bandara dunia kali pertama dibuat oleh PT Bukaka, Indonesia. Pejuang HAM legendaris bapak pembebasan Negara Afrika Selatan Nelson Mandela, setelah berhasil menghapus Apartheid di negerinya, mengakui bahwa perjuangannya itu diinspirasikan perjuangan Syekh Yusuf dari Makassar.  Tahun 2002, dalam Special Edition TIME magazine on Asian Heroes, penyanyi Iwan Fals jadi cover fullpage. Mobil prestisius,Mercedes Benz, menggunakan knalpot buatan Indonesia yang pengerjaannya sepenuhnya dilakukan di Purbalingga,Jawa Tengah. Presiden RI ke-3, BJ Habibie merupakan pemegang 46 paten di bidang aeronautika dunia. David Foster mengaku, lagu ciptaanya ‘To Love You More’ yg dibawakan Celine Dion terinspirasi dari musik Keroncong Indonesia. Menara Kuala Lumpur dirancang oleh putra Indonesia, Ir.Achmad Murdijat alumni ITB. Tas Bagteria made in Indonesia telah dijajakan diberbagai etalase di mall-mall kelas atas di 32 negara diseluruh penjuru dunia & dipakai Paris Hilton, Zara Phillips, Emma Thomson, & Audrey Tatou. Indofood adalah produsen mie instan terbesar di dunia. Belum lagi hasil bumi yang begitu luar biasa di Indonesia, sampai-sampai membuat bangsa lain iri dengan kekayaan bumi Indonesia.

Mampukah pendidikan di Indonesia menjawab semua tantangan itu? Setiap pribadi pasti bertanya-tanya dan marilah semua kita kompakkan untuk menjawab ya, bisa!!! Dengan modal keyakinan yang tinggi dan kerja keras serta doa yang tak henti-henti InsyaAllah anak-anak Indonesia kelak entah itu 10 tahun, 20-30 tahun lagi mereka akan menjadi sosok-sosok pemimpin bangsa dan bisa pula pemimpin dunia, karena seluruh potensi untuk menuju itu ada di Indonesia tercinta. Dilihat dari banyak penduduknya, semangat belajar yang masih belum padam para siswa dan pemudanya, persatuan yang selalu dijunjung tinggi, maka tak khayal Indonesia kelak akan menjadi bangsa yang besar bahkan super power. Asalkan seluruh bangsanya “kompak” dalam menyongsong kemenangan itu kelak, baik itu orang tua, guru, masyarakat adalah pelaku pendidikan. Karena sesungguhnya kita semua sejatinya adalah pendidik/ da’i minimal untuk mendidik dirinya sendiri. ~MTH~

No comments:

Post a Comment